Pengantar Penerjemah
Inilah kehidupan seorang wali Allah, seorang washi—yang diwasiatkan—Rasulullah saw, yang hanya mempersembahkan hatinya kepada Allah saja. Berubahlah hidupnya menjadi sebuah kamus yang di dalamnya tidak ada kata lain selain Allah. Diriwayatkan dari Imam Ja'far al-Shadiq as: Ali bin Husayn sangat rajin beribadat, siangnya berpuasa, malamnya salat. Hal ini merusak tubuhnya. Aku berkata kepadanya: Untuk apa semua kebiasaan ini? Ia berkata: Aku ingin merebut cinta Tuhanku supaya ia mendekatkan diriku ke hadirat-Nya.
Ia pernah haji berjalan kaki dari Madinah ke Makkah dalam waktu dua puluh hari. Bila ia berwudhu, kulitnya memucat sehingga keluarganya bertanya: Apa yang terjadi padamu? Dan ia menjawab: Kalian tahu di hadapan siapa aku sebentar lagi berdiri? Jika memasuki salat, bergetar tubuhnya, pucat wajahnya, dan berguncang seluruh anggota badannya seperti guncangan daun kurma yang ditiup angin.
Abu Ja'far, salah seorang putranya, masuk ke rumahnya. Ia mendapatkan ayahnya dalam keadaan ibadat yang luar biasa sehingga pucat kulitnya karena kurang tidur, matanya merah karena tangisan, melepuh dahinya dan hidungnya karena sujud, bengkak kakinya karena lamanya berdiri. Berkata Abu Ja'far: Aku tidak sanggup menahan tangisanku melihat keadaannya. Aku menangis karena iba kepadanya. Tiba-tiba ia berpikir, melihat kepadaku segera setelah aku masuk.
Ia berkata: berikan kepadaku lembaran-lembaran yang di dalamnya ada keterangan tentang ibadat Ali bin Abi Thalib as. Aku berikan buku itu kepadanya. Ia membaca sebentar, lalu meletakkannya kembali, sementara tangannya bergetar: Ah, siapakah yang sanggup beribadat seperti ibadatnya Ali bin Abi Thalib as.